Senyumku Penebar Semangatmu

Ketika mentari terbenam, bulan perlahan menampakkan diri, langit biru berubah menjadi hitam, kehidupan mulai berganti, kegelapan mulai datang, kegelapan akan menjadi indah…sangat indah ....saat kita berani menghadapinya. Kisah ini mungkin satu dari kisah – kisah yang sama yang sering dialami oleh para guru, tapi ini mungkin akan menjadi salah satu cerita yang bisa merubah cahaya gelap menjadi setitik cahaya terang

****

Tinggal di sebuah kota yang tidak pernah tidur, dari  fajar subuh yang merekah, hingga malam yang melela. Tiap  hari bersitegang dengan padatnya lalu lintas pagi  hingga sore, jalan raya  penuh sesak dengan aneka jenis dan merek kendaraan. Kemacetan terjadi di mana-mana. Aku jadi teringat kota kecil  yang sejuk nyaman dan tenang, tidak mengenal kemacetan, setiap jalan terlihat lebar dengan pemandangan nan asri di sepanjang jalan, Gunung Slamet yang menjulang tinggi terlihat sangat anggun sepanjang hari . Pulang kerja masih ada kesempatan untuk bersapa dengan tetangga mengajak anak – anak  berlari – lari ditengah hamparan rumput hijau , berselimut awan sambil berkejar – kejaran dengan belalang. Sebuah kota yang ada kalanya waktu bisa berhenti, suasana malam begitu lengang, nikmat menelusup disetiap tulang – tulang sendi, melepas penat dari pagi hingga sore. Aku rindu kota itu…..

Belum ganti baju, hanya lepas kerudung dan kaus kaki aku langsung masuk kamar,  aku ingin melepas penat setelah seharian mengajar sendiri karena guru pendampingku resign dan sampai sekarang belum dapat penggantinya, aku sendirian  membimbing mereka, membantu mereka 36 anak , menemani mereka dari jam 07 – 14.00 tanpa istirahat non stop, “terbayang wajah Yasin, Ahmad,  Fiya,  Azam… mereka anak anak yang perlu bimbingan ekstra…” maafkan, Bu Guru Nak , aku tidak bisa membimbingmu seperti yang kau inginkan”. Terbayang juga anak – anak yang lain yang butuh kesabaran dan kelembutan untuk membuat mereka konsentrasi. Hem……… sebelum pikiran – pikiran buruk pengendor semangat meraja lela di pikiranku…segera, kutarik bibirku meskipun belum kelihatan tersenyum karena hatiku belum ikut tersenyum, kupandangi pepohonan depan rumahku yang kelihatan dari jendela kamarku, kulihat bunga alamanda yang merambat di pohon  kamboja,  warna pink semburat merah dan  warna kuning bunga alamanda berpadu di satu pohon melambai – lambai ditiup angin membuat hatiku tersentuh..…” tersenyumlah  ibu guruku lihat betapa indahnya tubuhku kami bersatu dalam perbedaan dan kami saling membantu mengarungi kehidupan ini aku akan ikut mewarnai hari harimu dengan warnaku  yang indah, merah putih dan kuning” ….hemm ku tarik nafasku dalam – dalam senyumku semakin mengembang, dengan senyum aku bisa menciptakan kebahagiaan disekitarku, senyum adalah ketenangan bagi kegelisahanku.

****

Setelah lelap tidur semalam ku buka mataku, ku sapa pagi dengan hati penuh rasa syukur
Kupeluk pagi dengan seluruh tubuhku, hidup penuh dengan rasa syukur adalah jalan pintas menuju kebahagiaan lahir batin. Tubuhku sudah segar kembali, ku tarik nafas dalam – dalam sambil berucap “ Terima kasih ya Allah “

Mengarungi samudera kehidupan , 
kita ibarat para pengembara,
hidup ini adalah perjuangan,
Tiada masa untuk berpangku tangan
Setiap tetes ………………………………………

Nasyid Bingkai Kehidupan dari Shoutul Harokah mengalun bersemangat membawa penghuni rumah untuk mulai beraktifitas pagi, anak – anakku bangun dengan malas – malas, namun melihat uminya sudah memakai baju seragam dan sambil bersenandung menyiapkan sarapan pagi mereka jadi ikut semangat,  tubuh mereka masih lemah tapi wajah mereka sudah menyiratkan semangat pagi

Assalamualaikum “ sapaku ketika melihat mereka sudah keluar dari kamar.

Hanya butuh seperempat jam mereka sudah siap dengan seragam sekolahnya, apalagi anak laki lakiku yang bungsu, masuk kamar mandi baru 3 menit sudah selesai, he..he..yang penting basah. Kalo mandi pagi saya biarkan tapi kalo mandi sore  harus saya bantu. Dengan membantu bukan berarti aku tidak mengajari anak untuk mandiri, Anak  masih perlu arahan untuk melakukan hal yang benar dan meninggalkan yang salah.

Setelah makan pagi kami berangkat bersama – sama, enak ya…ngajar sambil momong

Dengan semangat yang terus kupupuk, aku berangkat sekolah bersama  anak – anakku, anugrah dariNya, kubawa motorku dengan pelan… sambil tetap mempertahankan semangat, kutepiskan setiap kali pikiran buruk datang, berpikir tentang sesuatu baik atau buruk sama artinya dengan merencanakan sesuatu itu untuk terjadi, jika aku memikirkan tentang kebahagiaan berarti aku merencanakan kebahagiaan untuk terjadi  hari ini dalam hidup ku, tapi jika aku berpikir tentang kesulitan, berarti aku merencanakan kesulitan itu akan terjadi nanti

Teringat kiriman pesan dari  Kepala Sekolah tadi malam “ Bu kita harus kerja keras, murid – murid kelas 2 sudah  ketinggalan materi,“ Hemm its never mind,  Allah akan bersamaku, pikiran dan tenaga  sudah maksimal ku kerahkan untuk memberi materi pelajaran pada mereka selanjutnya ku serahkan semua pada Allah , aku hanya menginginkan anak – anak kelas dua bahagia belajar bersamaku, bahagia menerima materi dengan muatan kurikulum sekarang yang terlalu membebani anak, bahagia melewati serangkaian tes, UTS lah, TKM lah,.biarlah Allah yang akan bekerja dengan kekuatannya untuk mengabulkan keinginanku. Pemikiran yang salah bahwa dalam hidup kita harus berjuang meraih semua keinginan kita dengan berusaha keras, membanting tulang sampai  remuk tak berdaya ( Ah....nggak segitu juga kali…). Padahal Allah sudah menjanjikan berbagai kemudahan mengiringi kita, jika dalam ikhtiarnya kita mau bersyukur, menikmati proses dan menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah.

“ Priiii…t “ Suara peluit Pak Jono, satpan sekolah, membuyarkan lamunanku. Selama perjalananku dari rumah ke sekolah pikiranku melayang – layang tidak konsentrasi di jalan, untung Dia masih melindungi kami, terima kasih ya Allah.

Pintu gerbang sekolah sudah di depanku, tampak siswa – siswa berseragam merah putih berduyun – duyun memasuki gerbang. Kuperlambat motorku dan ku buka helm

“ Bu Iput “ Sapa Zahra, murid kelas 2 yang berhati lembut.

“ Assalamu’alaikum Bu “ Sahut murid – murid kelas dua lainnya sambil menyunggingkan senyum bahagianya, menyapa dan bergantian menyalami aku . Ah mereka tampak bahagia sekali melihat bu gurunya datang.
Kubalas salam mereka, tanpa kusadari senyuman mereka  semakin  menghipnotis pikiranku, melupakan kegelisahan dan masalah yang di hadapi di kelas. Kutatap mata mereka yang bening, akankah ku nodai mereka dengan menjejalkan materi – materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum agar targetnya bisa tercapai tepat pada waktunya. tanpa memikirkan kemampuan mereka. Uft ….tidak, nggak mungkin kulakukan itu pada mereka…

Aku berjalan pelan diiringi murid- muridku yang tadi menyambutku, kumasuki ruang kelas 2 dan menyapa murid – murid yang sudah ada di kelas “ Assalamu’alaikum anak - anak “ sahutku yang langsung disambut mereka dengan muka berseri – seri, ajaib ulasan senyumku yang menyinari ruang kelas 2 dapat meluluhkan hati murid – murid yang masih bĂȘte, bawaan dari rumah ( mungkin di rumah tadi mereka masih males bangun, atau males  makan pagi, atau juga males mandi, kadang bĂȘtenya di rumah kebawa ke sekolah )   Sungguh indah hari ini, hanya dengan senyum perbuatan yang sepele dan sangat kecil, gratis lagi. Tetapi perbuatan itu mampu mengobati dan menyembuhkan kekesalan, kegundahan hati, kepanikan dan bahkan kesedihan.
Kusiapkan materi hari ini  terus terang perencanaan ku lakukan asal – asalan, dalam hati aku tidak menginginkan itu, aku yang terbiasa bekerja dengan sempurna, ( sebelum mengajar  menguasai seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan, membuat perangkat pembelajaran) kali ini harus menerima keadaan, tapi apa boleh buat, Aku hanya berharap pada kekuatan hati yang luar biasa, kata Erbe Sentanu semua benda yang tidak tampak seperti pikiran dan perasaan memiliki getaran vibrasi yang lebih cepat dan lebih kuat dan barang siapa terampil menggunakannya akan memiliki hidup yang sukses dan bahagia . Doaku  semoga Allah mendengar keinginan dari hatiku, aku ingin  mereka berhasil mencapai target tapi aku tidak ingin memberatkan mereka dengan capaian target itu.

“ Assalamu’alaikum “ kubuka pelajaran hari ini dengan memberi salam.

Hanya ada beberapa anak yang menjawab salamku, Kuedarkan pandangan ke seluruh kelas, ku lihat Yasin, Farrel , Rakan dan  Zaki  dan murid – murid yang lain,  aku ingin mereka dapat menemukan cinta di kelas ini. Dengan gaya belajar kinestetiknya yang mengharuskan  selalu menggerakkan tubuhnya dalam belajar, membuat mereka sering dicap sebagai anak yang bandel, tidak disiplin dan lain – lain. aku berusaha meraih perhatian mereka dengan melakukan ice breaking. kuajak mereka bernyanyi sambil bergerak . Lirik yang mudah dan gerakan yang lucu  membuat mereka tertarik  dan bersemangat. Senyum sudah mengembang dibibir  dan mata mereka berbinar, Kelihatannya mereka sudah siap menerima pelajaran dari aku.

“ Salman Al Farisi “ Break the lesson  ala Salman kuucapkan untuk mengendalikan fokus mereka agar kembali ke pokok materi dengan relaks dan menyenangkan

Mereka duduk dengan rapi, semua terpusat kepadaku siap mendengar kalimat demi kalimat yang kuucapkan. Aku sering tercekat dan trenyuh dengan sikap mereka. Kehangatan emosional yang selama ini kuterapkan di kelas 2 sudah membuahkan hasil, kehangatan emosional yang terekspresi lewat senyum. Transfer ilmu jadi lancar manakala guru selalu menebarkan senyumnya disetiap sesi – sesi pembelajaran, dengan senyum suasana kelas menjadi bergairah, sesulit apapun pelajarannya, jika disampaikan dengan menarik dan dibumbui senyum, maka gairah belajar akan timbul dan hasilnya…bisa dilihat hasil UTS dan TKM murid kelas 2 semester ini. Semua karena campur tangan Allah yang luar biasa di dalam kelas ini, aku hanya menikmati dan mensyukuri setiap apapun yang diamanahkan Beliau kepadaku .

******


Categories:

Leave a Reply